Jumat, 18 September 2020

(Diari Jelitamil) The Impossibility

Saya termasuk yang tune-in dengan badan. Bahasa lainnya, sensitif dengan rasa-rasa badan. Bisa juga dibaca: sensor rasa di badan tajam. 

Sudah beberapa hari saya rasakan jantung berdetak lebih cepat. Sejak 4 September, jantung memompa lebih cepat. Mungkin karena kopi, walau jumlah kopi yang dikonsumsi sama saja. Atau karena kurang olahraga.

Beberapa hari sebelum jantung terasa berdebar cepat, tanda-tanda tamu rutin mulai kerasa hanya berbeda. Biasanya bagian kiri rahim yang tegang dan nyeri. Kali ini malah sebelah kanan. Apa hal? Apa kista di ovarium sudah pindah bagian kah?

Beberapa hari setelah jantung berdetak lebih kencang, muncul sensasi lain. Tidak nyaman pakai bra. Nah, apalagi ini?

Tanggal terakhir haid kapankah? 

Saya tidak mengingat-ingat tanggal haid lagi karena merasa tidak ada kepentingannya. Dokter mengatakan saya sudah mendekati  pra-menopause. Dengan demikian, tinggal beberapa lama lagi kesempatan cuti sholat.

Saya tanya pada Nakdis, dia ingat tidak kapan saya haid terakhir kali. Dia tidak ingat. 

Akhirnya memeras ingatan kapan kekira jadwal haid lalu itu. Kecurigaan mulai menyusup kencang. Jantung berdetak lebih kencang....Ini tanda khas ketika anak-anak dititipkan dulu. Lalu tidak nyaman dengan bra. Lalu....sakit perut yang berbeda dari biasanya.

Ada test pack kah?

Tapi usia saya sudah 46 tahun! Menurut berbagai website kesehatan di luar negeri, hampir tidak mungkin conceive naturally. 

Tapi belum ketemu test packnya. 

Ah, lebih baik tunggu 11, bisi semua hanya sensasi emak jelang lima puluh tahun yang ditipu hormon. Walau tidak hapal tanggal, tapi biasanya haid datang Jumat sekitar Dhuhur. 

Makin lama badan makin terasa kacau. Akhirnya bongkar-bongkar laci. Ketemu test pack jaman baheula. Siang. Coba aja. Walau katanya, konsentrasi hormon tipis kalau siang hari, tapi coba aja.

Bawa deh test pack ke toilet. Daaan....garisnya dua dong. Speechless.

Sholat Dhuhur kali itu khusyu banget. Rabbi, saya tahu hasil ini benar karena badan sudah mengindikasikan kehadirannya beberapa hari terakhir. Tapi, saya sudah tua. Karena ini kehendak-Mu, maka jangan tinggalkan kami, lindungi kami, kuatkan kami. 

Saat suami pulang dari mesjid, saya bawa strip bergaris dua itu.

"Ada hadiah untuk Abi."

"Apa?"

Menyodorkan kertas tipis itu. 

Suami tertawa, wajahnya tidak percaya. "Masa sih? Kan sudah lama enggak."

Iya, 13 tahun tepatnya.

"Test pack-nya salah kali."
"Test pack hanya salah jika tidak ada garis atau tipis. Ini kalau dua dan jelas begini, biasanya benar."

Lalu menjelaskan berbagai kondisi badan yang khas dan sudah berapa lama sensasi aneh itu muncul.

"Coba pakai test pack lain."

Saya paham ketidakpercayaan ini. Dokter mengatakan saya mendekati usia menopause; Nenek pijit langganan mengatakan rahim saya tidak mungkin membawa bayi lagi. Tapi, seluruh tanda khas sedang bawa bayi saya miliki. 

Ya, mungkin perlu beli test pack baru, bukan test pack usia yang entah kapan. 









Minggu, 15 Januari 2017

Tom: Pejuang Tanpa Batas Negara



Musim semi 2002, Tom Hurndall keliling Eropa. Dari sana, dia ke Mesir dan Jordania. Tom masih muda, calon mahasiswa. Dia tertarik pada filsafat dan perbedaan budaya. Di Inggris, Tom sudah diterima di jurusan kriminologi dan filsafat. Tapi, kecintaannya pada menulis dan fotografi membuatnya pindah ke jurnalistik fotografi

Sebelum itu, Tom mengabadikan jutaan demonstran anti perang Irak di London (Pak Andri juga ke sana). Pada acara itu, dia bertemu kelompok sukarelawan yang berencana menjadi tameng manusia melawan pasukan Inggris Amerika.

Februari 2003, dia sudah di Irak, setelah sebelumnya menghubungi dekannya. Tom berjanji akan kembali ke kampus. Dari Irak Tom menuju Jordan. Di sana, dia memberikan uang terakhirnya (500 pound) pada penglola kamp pengungsi Irak untuk membeli obat-obatan. Dia juga membantu berbagai pekerjaan dalam kamp itu.

Tom juga  bertemu International Solidarity Movement (ISM), organisasi damai yang bekerja bersama warga Palestina melawan tentara Israel. Dengan jalan kaki dilanjut  taksi, Tom menuju Gaza. Pada April 2003, Tom sampai di Rafah dan mulai mengambil foto-foto tentara Israel dan warga Palestina.

Catatan hariannya berubah drastis. "Tidak ada yang bisa mengatakan padaku, aku belum melihat semua yang perlu dilihat," tulisnya.

Kebiasaan anggota ISM di Rafah, sambil mengacungkan paspor mereka (jika mereka ketahuan warga Amerika, Inggris atau negara Barat lainnya, Israel biasanya agak berpikir untuk menembak mereka, itulah sebab mereka menyebut diri sebagai ‘tameng manusia’) mereka menemani warga Palestina memperbaiki saluran air bersih, menghalangi peruntuhan rumah warga oleh tentara ISrael.

Pada 11 April itu, Tom mengenakan jaket bersinar oranye ISM. Dia di ujung jalan Rafah, mengamati anak-anak bermain di gundukan tanah. Tembakan rifle mengenai tumpukan tanah itu. Anak-anak berlarian. Tiga anak, usia antara 4-7 tahun terpaku di tempat, tak bergerak karena takut.

Tom mengambil anak lelaki dan membawanya ke tempat aman. Dia kembali untuk mengambil dua anak perempuan. Saat dia hendak menggendong salah satunya, peluru sniper menembus kepalanya. Setelah dua jam ditahan di perbatasan, Tom dibawa ke rumah sakit khusus di Be'ersheva. Dari sana dibawa ke London. Selama sembilan bulan, Tom koma. Dia meninggal Januari 2004.

Pada masa Tom di Palestina, antara September 2000- desember 2003, 377 sipil Israel dan 80 tentara terbunuh. Pada masa yang sama 2.289 warga Palestina terbunuh, puluhan ribu terluka. Empat warga internasional termasuk di dalamnya. Tom salah satu. Biasanya hampir tidak ada perhatian akan ribuan yang meninggal di Palestina itu. Pembunuhan Tom membuat dunia tersentak.


Tom yang tidak peduli dengan kewarganegaraan dan batas negara, memancarkan nilai kemanusiaan yang pekat. Dia ingin, tulisnya dalam jurnalnya, “membuat perbedaan.”

Dalam artikel yang dia kirim ke majalah mahasiswa Manchester Metropolitan University, Pulp, dia menulis tentang keraguan dan rasa takutnya. Satu kalimatnya penuh makna, “Saat seseorang harus membohongi dirinya untuk melakukan sesuatu yang dia tahu harus dia lakukan, itulah saat kau tahu, dia takut." (Maksud kalimat ini, Tom tahu bahaya yang mengancamnya, tapi dia tahu dia harus terus memotret dan menulis tentang Palestina supaya dunia paham. Dia takut akan bahaya itu tapi dia membohongi dirinya, ‘you are fine…don’t worry’)

Di Jerusalem, pada 3 April, dia menulis tentang kematian Rachel Corrie, yang dilindas buldozer tentara Israel saat Rachel berusaha menghalangi peruntuhan rumah warga Palestina di Rafah. "Berapakah yang mendengar kematian Rachel di berita…apakah mereka hanya akan menganggapnya satu dari sekian kematian? Hanya penambah angka … ?"

Tulisan terakhirnya tentang demo melawan peruntuhan rumah warga di depan buldozer tentara Israel. Tulis Tom, "Aneh. Saat kami mendekat, saat tembakan muntah, saya merasakan geletar [takut] melintas. Tapi, itu saja.” Tulisannya ditutup, ”setiap kami bisa jadi sedang diteropong moncong sniper. Kepastian bahwa mereka menargeti kami….bahwa hidupku tergantung dari keputusan jari yang menarik pelatuk itu …"

Foto terakhir yang diambil Tom ada foto hitam putih di jalan Rafah pada 13.30, 11 April 2002. Rongsokan bakaran mobil sebagai latar belakang, dua anak di kejauhan. Lalu ada foto yang diambil orang lain. Tom yang tidak sadarkan diri, digendong dua remaja Palestina yang berteriak minta tolong. Di kiri mereka, remaja memegang kepala, takut dan putus asa. Di pinggang Tom, tas kamera. (Maimon Herawati: Sumber Guardian)

Selasa, 10 Januari 2017

Cerdas Membaca, Deteksi Berita Dusta terkait Suriah dan Bachtiar Nasir

Sudah beberapa hari berseliweran berita tentang ketua GNPF, Bachtiar Nasir, di laman media sosial saya. Intinya tuduhan bahwa sumbangan yang dikelola lembaga yang diketuai Bachtiar Nasir, Indonesian Humanitarian Relief (IHR) diberikan pada kelompok teroris di Suriah.  Bukti tuduhan ini adalah video yang diklaim berasal dari wilayah bagian Aleppo yang baru saja diambil alih rejim Bashar Assad.

Saya awalnya tidak serius mengamati karena nama yang disebut sebagai lembaga partner IHR dalam berita itu adalah IHH, Insan Hak ve Hurriyetleri Insani Yardim Vakfi, Turki. Saya kenal dengan pengelola lembaga ini dan mengikuti kerja-kerja sosial mereka termasuk yang di tanah air, seperti Aceh saat tsunami dulu. Sedemikian panjang keterlibatan IHH dalam kerja kemanusiaan Indonesia sehingga saya tidak merasa perlu mencari bukti tuduhan itu palsu.

Ke sininya, bola ini seperti salju yang membesar dan mulai masuk ranah hukum. CNN Indonesia menurunkan tiga berita berturut-turut pada Senin, Selasa, dan Rabu (26-28 Desember). Pada berita Rabu berjudul Polisi Pelajari Konten Video Bantuan IHR ke Suriah, CNN Indonesia mengembangkan berita mereka dengan melibatkan Polri.

Oh, serius ini.

Sejak itu saya berusaha mencari jejak video itu ada di mana. Pengembangan berita CNN melulu mengambil dari postingan akun Facebook Moch Zain, tanpa melampirkan hyperlink, sumber informasi dalam badan berita mereka. Begitu juga media-media online lainnya. Tidak ada yang melampirkan tautan pada video yang dimaksud.

Dalam jurnalistik kurasi  dan agregasi, jika media menyiarkan berita terkait konten yang ada di internet, media harus melampirkan tautan pada konten terkait. Ini etika bermedia daring (Lihat  Etika Jurnalistik Agregasi Mindy Mcadams).

Saya sudah mendapatkan video itu dari sumber lain, tapi saya perlu mengetahui sumber video itu dari berita yang membahas Bachtiar Nasir sehingga benar-benar terjamin bahwa kami mendiskusikan video yang sama.

Saya baru mendapatkan tautan video itu dari Arrahmahnews (bukan Arrahmah) yang mengantarkan saya kepada channel Youtube Euronews. Langkah berikutnya adalah mencari informasi tentang media ini.

Dalam website ataupun dalam media kit, Euronews tidak mencantumkan struktur redaksi medianya. Ini tentu saja mengusik. Media akan dianggap terpercaya dan prestisius jika mereka memperlihatkan ‘mesin’ yang bekerja memproduksi konten media.

Ini sangat terkait dengan gatekeeping dalam media. Gatekeeping adalah proses seleksi, evaluasi, dan verifikasi di dalam media. Salah satu proses terpenting dalam gatekeeping ialah fact checking, verifikasi fakta oleh media. Benarkah? Atau fiktif.

Sebagai pengajar junalistik, hal yang sejak awal kami tekankan pada mahasiswa adalah pastikan sumbermu menyampaikan sesuatu yang benar. Film yang sering dipertontonkan adalah ‘Shattered  Glass’, kisah nyata wartawan The New Republic, Amerika, Stephen Glass yang menulis berita fiktif. Tindakan Stephen terbongkar dan dia dipecat dari medianya.

Yang berperan dalam verifikasi fakta ini manusia pekerja medianya.  Dengan mengetahui siapa yang ada di balik media tertentu, biasanya dengan melihat jejak wartawan itu di media sosial mereka, maka akan mudah dideteksi arah pemberitaan media. Dengan demikian, bisa juga dideteksi pembingkaian media terhadap fakta.

Dari penelusuran selanjutnya, terkuak nama wartawan yang menulis berita ini adalah Alasdair Sandford. Dari rekam jejaknya di media sosialnya, nampak Alasdair tidak berada di Suriah sekitar waktu video itu diunggah Euronews. Lokasi Alasdair adalah Paris.

Jika diteliti dengan seksama narasi video ini, Alasdair tidak menjelaskan sumber video ini. Juga tidak dijelaskan hubungan Euronews dengan perekam video.  Ini menyulitkan verifikasi keabsahan video ini.

Jejak internet menunjukkan video yang sama sudah ditampilkan website alshahidwitnes sehari sebelumnya. Alshahid berlokasi di Inggris. Dalam websitenya, lembaga ini tidak mencamtumkan stafnya. Adalagi media lain yang mengeluarkan video yang sama, NRT, media Kurdistan yang berlokasi di Irak. Sama dengan dua website sebelumnya, tidak ada penjelasan video direkam oleh siapa, didapatkan melalui jalur apa.

Mari diperiksa isi video ini. Hampir di penghujung video ada dua tiga detik scene menunjukkan kotak di atas mobil bak terbuka. Ada tangan dekat kotak itu. Tidak nampak lingkungan sekitar mobil sehingga tidak bisa dideteksi lokasi mobil ada di mana. Di kotak itu ada nama lembaga IHR. Yang membuat ragu, kotak itu bagian kiri, kanan, dan atasnya kotor dan lusuh, akan tetapi bagian nama IHR nampak bersih dan putih. Mungkinkah kotak itu baru diberi label?

Hal yang lain yang menimbulkan pertanyaan adalah tanggal sebar video. Tanggal terawal video ini disebar adalah 13 Desember. Dikata narator, video ini berlokasi  di daerah penguasaan mujahidin yang kemudian diambil alih rejim Bashar. Aleppo Timur sendiri baru ‘kosong’ dari Mujahidin pada 22 Desember. Sampai 22 Desember Aleppo Timur masih diisi mujahidin. Jadi, daerah manakah yang dimaksud video ini?

Logika lain adalah wacana dan penguasa. Siapapun yang berkuasa akan bisa  menentukan wacana yang disampaikan pada umum. Wartawan yang bisa meliput di wilayah rejim Bashar adalah yang mendapatkan ijin meliput dari Bashar. Seperti penuturan Eva Bartlett, blogger Rusian Today, bahwa dia meliput Aleppo dengan ijin Bashar dan sebagian perjalanannya menggunakan bus yang disediakan Bashar.

Maka, pertanyaan yang terakhir adalah adakah jaminan bahwa narasi video- dan tentu saja kemudian videonya- bukan settingan Bashar? Ini jika benar bahwa daerah itu sudah ‘kosong’ dari mujahidin dan saat video dibuat ‘dibebaskan’ pasukan Bashar.

Menilik ke dalam negeri, para penyuka teori konspirasi akan bertanya apa tujuan sasaran tembak IHR dan sambungannya adalah Bachtiar Nasir? Siapa yang saat ini sedang head to head  dengan GNPF? Apa keuntungan pihak tertentu jika Bachtiar Nasir bisa dijerat dengan UU no 9 2003 tentang Terorisme?

Bagi pembaca tentu saja, ada kewajiban memeriksa apa-apa yang didengar karena telinga mulut (dan jempol yang membagi tautan berita) satu ketika akan ditanya. Cerdas membaca hingga bisa menghindari diri dari berita dusta. Rasanya tidak terlalu susah, bukan?

Membaca Suriah dari Background Dina Sulaeman

Karena masih banyak yang bertanya, saya masukkan ke blog saja ya.
Saya ulang ya. Saya dan Dina sama-sama mahasiswa Unpad. Saya angkatan 92, dia 93. Saya di Jurnalistik. Dia di Sastra Arab. Sama-sama orang Minang. Tak lama setelah lulus, Dina diberi beasiswa S2 jurusan Teologi oleh Pemerintah Iran, bersama suami bekerja di Radio Iran berbahasa Indonesia selama lima tahun kurang lebih, dan rutin mengikuti Doa Kumail tiap malam Jumat.

(Saya tak lama lulus menemani suami S3 di Inggris dan dapat beasiswa S2 dari lembaga independen di Inggris mengkaji Islamic Jerusalem Studies di Skotlandia. Guru saya salah satunya profesor asal Yerusalem. Saya sempat masuk shortlisted penerima beasiswa women studies -hanya berlima sponsored Ph.D dari sekian yang mendaftar- di Newcastle Univ. Sayangnya ada perbedaan persepsi antara pemberi grant dengan international office kampus tentang golongan student fee saya -domestik ataukah internasional-. Professor mengajak bertemu advocate yang akan diminta tolong untuk membantu mengubah golongan fee itu dari internasional ke domestik, sesuai jumlah uang beasiswa yang ada.  Sayanya keburu nggak konsen karena Umak didiagnosa kanker. Sudah induction day juga padahal....pertengahan 2003).

Silahkan dipahami ideologi yang bersangkutan dan pahami informasi yang diberikan kira-kira akan seperti apa. (-dan saya....jika masih ragu dengan saya....karena kampus saya yang sama dengan Jalaludin Rahmat membuat banyak juga yang kuatir saya syiah, heheh)
Suriah saat ini dikuasai oleh rejim Bashar Assad yang syiah alawiy, syiah paling sesat. Mereka menganggap Ali ra sebagai manifestasi Tuhan. Kekuasaan Bashar dimulai dari kudeta bapak Bashar, Hafez Assad.

Hafez membungkam warganya dengan tindakan represif seperti pembunuhan massal kota Hama yang sunni pada 1982. Puluhan ribu nyawa meninggal di sana. Warga Hama juga dihabisi kembali oleh Bashar pada 2012. Di dalam Suriah, pertentangannya adalah antara rejim represif syiah yang sosialis menghadapi kebangkitan umat sunni yang ingin mendapatkan kebebasan lebih.

Setelahnya, negara2 lain ikut 'bermain' di Suriah, itu dengan motif masing2. Ada yang motif pengamanan perusahaan minyak mereka, ada yang kesamaan ideologi, ada yang akidah.
Jangan lupakan ini sebelum menerima berita apapun darinya.

Saya lelah juga jika tiap saat ada inbox minta saya menganalisa informasi dari Dina. Jadi berasa 'Dina watch', hahaha. Padahal banyak tugas lain yang harus diselesaikan. :p
Mohon dilihat saja latar belakang Dina dan silahkan analisa sendiri ya.

Info beasiswa Dina, kerja di IRIB, dan doa Kumail ini dengan mudah diketahui oleh siapa saja teman Dina dulu di jaman Multiply. Dia jujur kok menjelaskan aktivitas hariannya via multiply dulu.
*
Informasi ini saya tulis supaya para pembaca memahami konteks dan latar belakang. Latar belakang seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap sesuatu.
Dalam memahami hadist saja ada Ar Rijal Al Hadist, perlu dipahami karakter dan muyul perawi hadist sehingga bisa dinilai sanad hadist itu bagaimana dan kemudian menentukan derajat hadist itu sebagai shohih, hasan, dha'if, atau mau'dhu sekalian. Ada salah satu yang pelupa dalam periwayat hadist, jalur itu ternoda. Begitu juga jika ada yang pernah berbohong.

Ini yang disebut juga dengan integritas pembawa berita. Dalam menerima berita media, kita perlu tahu media tersebut posisi berdirinya seperti apa. MetroTV dan TVOne, misalnya, dua media dengan titik berdiri yang berbeda. Itu juga alasan saya mengapa saat meneliti video bantuan IHR ke Aleppo itu, yang pertama saya cari adalah struktur redaksi Euronews, orang di belakang media. Karena mereka sebagai gatekeeping, yang menyeleksi dan memverifikasi fakta yang dikeluarkan media. Saya perlu tahu sehingga bisa memahami framing atau pembingkaian media, jika ada.

Contoh kelompok Hutsi Yaman yang syiah, minoritas dan didukung Iran, oleh syiah akan disebut sebagai pejuang; oleh sunni pastinya disebut pemberontak terhadap pemerintahan sunni yang mayoritas.

Lalu sunni mayoritas di Suriah, oleh syiah akan disebut sebagai teroris pemberotak, oleh sunni disebut pejuang mujahidin yang berusaha membebaskan bangsanya dari rejim represif Bashar yang syiah alawi. Semua tentang titik berdiri kan?

Nah, syiah, uniknya, mereka boleh taqiyyah, boleh menyembunyikan kesyiahannya jika belum kuat, atau jika akan merugikan. Maka saya serahkan pada teman-teman untuk menilai sendiri.

Saya juga punya framing, itu pasti. Titik berdiri saya adalah pada pembebasan Al Aqsha dan Palestina. Tokoh sumber inspirasi saya adalah Syaikh Ahmad Yasin, pendiri Hamas. Semoga teman-teman lebih paham sekarang bagaimana kaca mata saya.

Rabu, 21 Desember 2016

Jawaban Klaim Eva Bartlett. Fact check TV Channel 4 Inggris. (Terjemahan)

https://www.channel4.com/news/factcheck/factcheck-eva-bartletts-claims-about-syrian-children

Latar belakang

Eva Bartlett, warga negara Kanada menggambarkan dirinya sebagai penulis independen dan pejuang kemanusiaan."

Dia blogger untuk Russia Today, media Pemerintah Rusia dan terbuka menunjukkan dukungannya pada rezim Bashar al-Assad.

Dalam pidato yang disiapkan oleh misi Pemerintah Suriah untuk PBB, Ms Bartlett mengkritik media Barat "media korporasi", dengan mengatakan mengatakan wartawan  mereka tidak bisa dipercaya dengan sumber-sumber tidak kredibel.

Dia menyerang White Helmet, kelompok relawan rescue. Media barat sering menyiarkan proses evakuasi WH, setelah serangan rezim di wilayah yang dikuasai pejuang.

Menurut Eva, WH boneka barat dan merekam siaran penyelamatan yang dipalsukan.

Ms Bartlett mengatakan: "rekaman video mereka berisi anak daur ulang dalam laporan yang berbeda; sehingga Anda dapat menemukan seorang gadis bernama Aya yang muncul dalam sebuah laporan pada bulan Agustus mengatakan, dan dia muncul di bulan depan di dua lokasi yang berbeda. "

Kami sudah mencoba  menghubungi Ms Bartlett, tapi  tidak berhasil, sehingga tidak jelas apa yang dia maksud dengan gadis kecil daur ulang. Perkiraan terbaik kami, dia mengacu pada ini:

Eva mengatakan, WH  Saran memfilmkan menyelamatkan anak yang sama - mungkin semacam aktor - di tiga lokasi yang berbeda. Tujuannya mungkin untuk membesar-besarkan efek pemboman rezim, atau serangan palsu.

Klaim Eva tidak benar. Berikut alasannya.

Analisis
gadis cilik I

Tanggal disebutkan dalam montase foto ini kira-kira akurat.

Gambar di atas diambil pada 27 Agustus oleh Abdalrhman Ismail, fotografer Reuters yang bekerja di garis depan konflik Suriah selama tiga tahun.

Gambarnya menunjukkan gadis yang tidak disebutkan namanya dan dua anak lainnya seharusnya diselamatkan dari reruntuhan oleh WH.

Ismail memotret gadis itu sendirian dan dengan anak-anak lain, bersama dengan banyak korban lainnya dari dua serangan udara yang menghantam wilayah al-Nairab dari Aleppo.

Dua serangan bom barel di daerah itu dilaporkan media secara luas. Serangan itu dilaporkan demikian luas karena menghantam pemakaman korban pemboman sebelumnya.

Beberapa orang berkomentar, kok bisa anak yang sama dalam dekapan tiga orang yang berbeda. Channel 4 melihat banyak rekaman lainnya dari Suriah, dimana relawan bekerja secara berantai dan memindahkan anak-anak yang selamat secara estafet.
Gadis II
Wajah gadis di foto kiri bawah tidak terlalu jelas. Dia masih digunakan dalam koleksi foto "Al Qaeda / Putih Helm. Dia ada dalam potongan video yang beredar September lalu.

Dalam laporan, dia disebut bernama Rawan Alowsh, berusia lima tahun, terbenam dalam reruntuhan setelah serangan udara di Aleppo pada  23 September. Seluruh keluarganya - tiga saudara perempuan, orang tua dan adik - dilaporkan meninggal.

Proses penyelamatannya dari puing-puing yang sulit  menjadi alasan mengapa vedio ini sulit untuk dipalsukan.

Anak kecil yang teriak-teriak ini harus dibenamkan dulu ke dalam reruntuhan sampai ke dadanya, dan mengatur pecahan dinding di sekitar dan atasnya. Ini kerja luar biasa yang membutuhkan persiapan logistik hebat. Dan tentu saja kerja bersama menyiksa anak.

Orang berdiskusi di dunia maya, bahwa tidak mungkin ada yang selamat tanpa luka parah dari runttuhnya rumah karena pemboman. Tapi ini terjadi. Pada gempa di Italia lali, ini terjadi. Di beberapa daerah konflik juga terjadi, anak dan dewasa keluar dari reruntuhan tanpa luka yang berarti.

EvaBartlett sendiri bahkan pernah melaporkan kejadian serupa di Gaza.

Jika diperhatikan, tak satupun penyelamat ini menggunakan seragam WH. Mereka sepertinya tidak ada hubungannya dengan WH. Video itu juga tidak dirilis Wh melalui channel mereka.

Rawan kemudian nampak dalam video berbaring di di rumah sakit, tertidur atau tidak sadar diri. Atasanya sudah dilepas. Wajahnya lebih jelas.

Komen di dunia maya mengatakan ini bukan anak yang sama.  Tapi jika dilihat, beberapa hal nampak sama. Gelang emas di tangan kiri sama.

Laporan media Australia beberapa hari kemudian mengatakan – berdasarkan komunikasi dengan dokter di Aleppo- Rawan, “Dirawat kakek neneknya, tapi masih syok. Rawan sulit berbicara dan belum mengerti kalau kedua orangtua dan saudara kandungnya sudah meninggal”.

Gadis III

Rekaman video ini juga beredar luas. Pertama kali diunggah ke YouTube oleh aktivis anti-Assad di Talbiseh, sebuah kota yang dikuasai pejuang di utara Homs, dan sekitar 150 km jauhnya dari Aleppo.

Darah nampak mengucur dari luka di hidungnya. Dia nampak panik sehabis pemboman Talbiseh pada 10 Oktober lalu. Dia memanggil-manggil ayahnya dalam bahasa Arab:
Gadis itu kemudian mengatakan namanya Aya. Dia Dilaporkan berusia delapan tahun. Laporan waktu itu menunjukkan saat itu orangtua dan saudara Aya selamat dan dia bersatu kembali dengan mereka.

Komen di dunia maya mengatakan rekaman video itu adalah drama yang diatur. Darah di wajahnya adalah darah palsu.

Mari kita lihat wajah Aya dan gadis cilik lainnya secara bersisian.

Jelas, wajah mereka nampak berbeda. Ini tiga anak yang berbeda.

Dari seluruh potongan video, tiga anak ini mengenakan baju yang berbeda, walau mirip.

Aya mengenakan atasan tanpa lengan warna torquise,  Rawan mengenakan sweater, dan gadis yang tidak disebutkan namanya yang difoto Abdulrhman Ismail mengenakan atasan biru kehijauan dengan desain khas yang berbeda.

Seperti Rawan, gadis ini memakai gelang emas, tapi pada pergelangan tangan kanannya. Berbeda dengan Rawan, celana jeans-nya yang dipenuhi dengan payet.

Waktu serangan

Hal lain adalah laporan independen terkait tiga serangan ini.

Kasus pertama, dikatakan serangan itu pada Agustus. Ini dijelaskan oleh fotografer Reuter yang mengambil foto. Media lain juga melaporkan hal yang sama, ada dua pengeboman Aleppo pada hari itu.

Rawan konon diselamatkan dari puing-puing pada 23 September. Hari itu, aktivis pejuang pembebasan Siria di Aleppo, staf medis lokal, Jurnalis di lapangan, badan PBB UNICEF, Human Rights Watch, Pusat Dokumnetasi Pelanggaran Dokumentasi dan lain-lain s melaporkan serangan udara ini.

Dalam kasus "Aya", video diunggah kelompok aktivis di Talbiseh. Akun ini juga mengunggah bayi yang menangis, tubuh lelaki tua yang meninggal. Tidak ada yang nampak meragukan postingan ini.

Serangan ini terjadi sepekan seltelah penyerangan udara dimulai, setelah pejabat Rusia mengatakan mereka akan meningkatkan serangan ke daerah yang dikuasai pejuang pembebasan Siria.

Simpulan.

Gadis ini tiga anak yang berbeda. Pilihlah gambar mereka yang lain, maka akan nampak wajah mereka berbeda satu dengan lainnya.

Kesamaan yang paling mencolok adalah pakaian mereka. Tlogikanya, jika Anda akan menggunakan seorang aktor palsu untuk tiga insiden yang berbeda, kenapa tidak mengenakan pakaian yang sangat berbeda pada mereka? Hingga nampak sangat berbeda?

Bukti lainnya, WH yang dituding sebagai pemalsu kejadia, sesungguhnya tidak nampak dalam tiga video ini.

Selain tiga gadis ini, ada banyak foto dan video gadis kecil terluka. Gadis-gadis kecil ini tidak diragukan keasliannya. Logika, jika ada banyak ‘korban asli’, mengapa juga pakai ‘aktor palsu’?

Dan Channel 4 memiliki akses pada fotografer Reuter yang dipercayai kredibilitasnya.

Channel 4 juga memverifikasi sumber-sumber ini dengan sumber lainnya. Pemboman ini benar terjadi. Foto dimuat tak lama setelah pemboman.

Jadi sulit dipercaya, jika gambar tiga anak ini adalah orang yang sama. Kamu harus percaya bahwa ada satu anak kecil yang siap-siap di satu lokasi, menunggu dipindahkan ke lokasi-lokasi yang berbeda untuk difilmkan, melewati berbagai daerah yang dikuasai kelompok militer berbeda.

Mungkin penjelasan sederhana adalah: anak-anak ini  benar-benar menjadi yatim di Suriah, terluka dan tertekan. Anak-anak itu sekarang dituduh terlibat dalam konspirasi rumit.

Atau mungkin Eva punya gagasan lain?
Channel 4 berusaha menghubungi untuk klarifikasi, tapi belum berbalas. Channel 4 akan mengupdate tulisan ini jika Eva sudah membalas.

Jumat, 16 Desember 2016

Anak, Awal Mula dan Korban Terbanyak Konflik Siria

(Tulisan dibuat tahun 2012)


Dimulai karena kemarahan masyarakat kota Daraa akan penangkapan dan penyiksaan 15 anak-anak oleh pihak berwajib….berawal dari pengecatan slogan anti pemerintah oleh anak-anak itu…konflik Siria membesar dan menjatuhkan korban satu demi satu…yang terbanyak, anak-anak.

Siria agak terlambat ‘bergabung’ dengan Arab Spring (Musim Semi Arab/Reformasi). Negeri ini mulai bergolak pada Maret 2011. Demonstran awalnya tidak menuntut pemunduran diri Presiden Bashar Assad. Mereka hanya meminta kebebasan dan kesempatan berpartisipasi politik yang lebih.  Akan tetapi, pihak keamanan merespon demo itu dengan brutal, menembakkan peluru api, menyemburkan gas air mata pada massa, membunuh beberapa orang demosntran. Hampir setiap Jumat siang, demo muncul di kota-kota besar seperti Homs, Hama dan Latakia. Setiap demo itu dihadang keras pihak keamanan.
Kekerasan masuk babak baru di ujung 2011 ketika konflik mulai melibatkan militer. "Saat itu rata-rata 40 orang terbunuh tiap hari. Angka itu terus meningkat, apalagi sejak Liga Arab mengirimkan tim monitor mereka,” jelas Robert M. Damin, ahli pada Lembaga Hubungan Luar Negeri Timur Tengah, seperti yang ditulis Huffington Post.
Grup pro-reformasi bermunculan dan berkoordinasi di bawah payung Free Syrian Army/FSA (Pasukan Pembebasan Siria).  FSA melakukan maneuver perang gerilya melawan militer Siria. Pada Desember 2011 dan Januari 2012, dua bom meledak di ibukota Siria, Damaskus. Pemerintah menuduh Al Qaida di balik serangan itu. FSA balik menyerang bahwa pemerintah sengaja melakukan peledakan untuk menarik simpati masyarakat.
Di tengah konflik yang hampir dua tahun ini, anak-anak menjadi korban yang sering terabaikan. Anak kecil sering hilang; yang lebih besar kadang menyelinap keluar kamp pengungsian. Harriet Sherwood dari Guardian menghabiskan waktu mencari Musa (15) yang tinggal di kamp sendirian. Dia satu dari lebih 200 anak tanpa orangtua/wali yang terdaftar di kamp pengungsian Za’atari, utara Jordan.
Musa bertutur pada Lembaga Save the Children, bahwa dia sempat bergabung dengan FSA. Dia ditangkap militer dan dipenjara selama 22 hari. “Saya disiksa dan saya melihat anak-anak meninggal di sana. Kaki, dada dan tubuh bagian belakang saya luka. Ada ratusan kami dalam penjara itu. Yang terkecil berusia 10 atau 9 tahun. Mereka ditangkap saat demo. Saya dipukuli tiap hari. Mereka menggunakan setrum listrik juga.” Penyiksanya mencari informasi tentang FSA. “Tapi, saya tidak pernah memberitahu mereka,”ujarnya. Dia menceritakan mayat-mayat dalam selnya. “Mayat itu sudah lama di sana. Sudah busuk. Berulat.”

Hassan, remaja 14 tahun asal Zaynab, dekat Damascus, bersama delapan anggota keluarganya tinggal di rumah keluarga jauh mereka di Mafraq, beberapa pecan setelah melarikan diri dari Siria, dari apa yang dia sebut sebagai, ‘pembunuhan massal di kota kami’. 

Menurut kisah Hassan, helikopter Siria menembakkan roket pada prosesi penguburan jenasah pejuang FSA. “Ada sekitar lima ribu orang di sana. Saya di pinggir lokasi. Pengantar jenasah lumayan ribut, tapi saat roket menghantam, tidak ada suara,” ungkap Hassan. "Mayat di mana-mana. Potongan tubuh. Orang mencari kerabat mereka. Takut karena helikopter masih di atas. Saya melihat kepala tak jauh dari saya. Tangan dan kaki yang terpisah dari tubuh mereka. Darah di mana-mana. Setiap akan tidur, saya selalu dihantui hari itu.”

Paman dan sepupu Hassan juga terbunuh. "Kami mnemukan tubuh mereka di masjid.” Dia menambahkan,"Setiap orang, tua sampai muda membenci Bashar."

Kamp pengungsian Za'atari berjuang mengasuh anak-anak yang lebih dari dua puluh ribu itu. Sebagian mereka tersiksa dengan ingatan terbunuhnya kerabat, teman dan tetangga. Sebagian mendengar suara muntahan senapan dalam kepala mereka. Banyak di antara mereka yang menyaksikan rumah dan kota mereka hancur. Sebagian kecil sempat ditahan dan disiksa. Sebagian masih dengan luka yang masih merah. Hampir semua memiliki goresan psikologis.

"Anak-anak membayar harga paling mahal dari konflik ini. Kami melihat perilaku yang bermasalah, sindrom paska-trauma,”jelas Nadine Haddad dari Save the Children yang meluncurkan kampanye peduli anak wilayah konflik dan derita mereka. 

Siria Terkini

Sampai tulisan ini dibuat, Turki telah masuk kontak militer pekan kedua dengan Siria. Kontak militer ini terjadi karena  Siria menembakkan mortar ke desa Turki di perbatasan, membunuh lima warga Turki. Presiden Turki, Erdogan tidak ingin berperang melawan Siria, tapi penyerangan Siria pada wilayahnya tidak bisa diterima. Kemarin, Turki menahan pesawat sipil Siria di Ankara, sampai pesawat itu diberikan all clear (tidak memuat senjata). Negara NATO mendukung Turki.

Komunitas internasional mengecam tindakan represif Assad. Barack Obama mengimbau Assad untuk turun dari jabatannya. Sekjen PBB, Ban Ki-Moon mengatakan, kekerasan pada kota Homs ‘tidak bisa diterima kemanusiaan’. 

Liga Arab mencoba menjadi penengah antara rejim Assad dan FSA. Liga Arab meminta penghentian kekerasan dari dua belah pihak. Usaha Liga Arab gagal karena rejim Assad meningkatkan eskalasi militer mereka di depan utusan Liga Arab sehingga angka korban terbunuh bertambah drastic. 

Dewan Keamanan (DK) PBB mengusulkan penyelesain konflik dengan resolusi yang menuntut mundurnya Assad. Resolusi disetujui oleh 13 anggota DK PBB, tapi diveto Cina dan Rusia. Moskow menjadi pendukung utama Siria secara diplomatik dan logistik. Kremlin mengirimkan senjata ke Siria, dengan alas an Siria memerlukannya untuk mengamankan negaranya. 

Akses media internasional sangat terbatas di Siria. Sambungan internet minim. Wartawan local terjepit di antara dua kekuatan yang memaksakan pemuatan narasi mereka . Belasan wartawan meninggal dalam konflik Siria. 

“Sepanjang Bashar Assad masih berkuasa, masa depan Siria akan penuh darah,” prediksi mantan diplomat Amerika, Dennis Ross pada Reuters. Korban terbanyaknya adalah anak.
(Maimon Herawati: Sumber Huffington Post, Al Jazeera, Guardian, Reuters)


Rabu, 02 November 2016

Allah Perlu Dibela?

Logika, 'Allah tidak perlu dibela....Alquran tidak perlu dibela...Toh kebenarannya tidak berubah karena ada yang menghina...'

Ini persis pertanyaan saya saat alay dulu, 'Mengapa sholat? Kalau ternyata pas sholat, yang beruntung itu manusia yang sholat karena jiwa jadi tentram....Allah dapat apa?
Mengapa puasa? Toh yang berpuasa jadi sehat....lalu Allah dapat apa?'
Pertanyaan ini mengganggu saya lumayan lama....hingga hampir saja membelot lagi (saya sempat ateis ketika kelas 2 SMP sampai kelas 1 SMA....Kembali pada Islam Ramadhan kelas 1 SMA saat membaca tafsir Ar Rum).

Lama saya bimbang. Allah dapat apa sih dengan semua perintah-perintah ini?


Hey, Allah emang nggak butuh pembelaan manusia atau penyembahan manusia. Mau semua manusia membangkang....mau semua mogok berjuang membela dinullah, Allah nggak akan kurang sedikitpun. Enggak.

Allah tidak sedang 'take and give' dengan manusia, karena Allah tidak butuh dengan makhluk yang DIA ciptakan ini.

Pembelaan itu, perjuangan itu gunanya semua untuk manusia.... Hingga jiwa-jiwa berkarat itu dibasuhNYA ....menggosok kotoran nurani, hingga membening....maka masuklah cahayaNYA dengan mudah....hingga kaki ini lebih kokoh berjalan sesuai petunjukNYA.

Sejatinya, perintahNYA adalah 'give give' pada manusia. Patuhlah, maka jiwamu akan tenteram, nafsul muthmainnah....dan jadilah husnul khatimah....hingga dibukakan kelak tabir antara kita denganNYA.

Allahu ya Qawwy, kuatkan kami di jalan ini.