Senin, 19 Juni 2006

you think....you are safe....but

Salah satu fasilitas di penampungan wanita malang ialah creche, pengasuhan anak gratis, tiap hari. Sejak 2 siang sampai 5 sore, para ibu bisa meninggalkan anak mereka di tangan dua pengasuh. Dua-duanya wanita Arab, salah satu berjilbab.


Saya sempat didekati untuk menjadi pengasuh anak sanga pengasuh.


"My husband may get a job, you know. We need some one to look after my children. I am working here."


Well, ....is the money very good? I mean, if I work, but have to put my children with someone else, I'd rather stay at home and care for my own. Imagine, you take care of other people's children, and you put your children in someone else's care. That's just not on!


"I don't trust white woman to take care of my children. I would like you to take care of my children."


"You see, I am not qualified as a child minder."


Buru-buru dia menambahkan. "I don't mind that. But I know you are good muslimah. I feel safe."


As a sister, I will help her. Not for the money, more for ukhuwwah. Because, if I have time, and she has to work for money (just like me) it will be right to help each other. Like her, saya juga nggak tega meninggalkan anak diasuh bule. Never. Sama sesama muslimah, juga saya lihat-lihat dulu, jika terpaksa harus menitipkan anak. Sejauh ini sih paling sama Amal, tetangga di flat atas, dan Mbak Nur, mahasiswi Ph.D yang juga asal Indonesia.


Nomor telepon diminta. Katanya, ada another muslim woman yang perlu pengasuh. Dari cleaner, ke pengasuh. Well. Let's see ..


Anyway, tiga kali pertemuan....


"Tina!!! Sit! Sit!!"


Saya mengurut dada.


Tina gadis kecil mungil, masih dibawah dua tahun. Mata bening dan kaki kecil yang kadang masih tertatih-tatih melangkah.


Satu pengasuh membaca katalog. Sejak masuk, katalog itu menyita perhatiannya. Satu pengasuh membuat kopi. Tina mondar-mandir.


"I said, sit, Tina!"


Tangan Tina hampir dijinjing, digeret ke ruang tivi. Tina berteriak-teriak.


"You are Arabic girl! You are not a boy!"


(Tina keturunan Iran, orang Parsi tidak mau disebut Arab. Well, mummy Tina tidak sedang dengar. Tina Mummy sedang tidur, sakit kepala.)


"You don't running around like a naughty girl!! Sit Tina. Sit!!"


Tina teriak melengking-lengking.


Pengasuh menggerutu panjang pendek dalam bahasa Arab.


"Sit! Watch football, Tina. Watch!"


Dada saya sesak. Allah. Pertama, Tina dimarahi karena dia sebagai anak gadis tidak boleh lari-lari seperti naughty girl. Yang lari-lari itu naughyt girl. Kedua, agaknya kalau boy boleh lari-lari. Ketiga Tina harus duduk,  nonton. Sepak bola! Gadis usia 23 bulan? 


Tina meleng, dan berhasil lari dari ruang tivi.


Salah satu pengasuh mengejar dan menangkapnya. Tina sekarang digendong. Seorang pengasuh asyik belanja online dengan care worker, cuek dengan keadaan sekitar.


Pengasuh Tina sekarang menerima telepon dari mobilenya. Tina didudukkan. Seperti biasa, Tina mondar-mandir.


Dia berdiri di depan saya. Mata bening yang jeli itu menatap saya. Mulutnya mencerocos, tak jelas apa maknanya.


"Hallo Tina." Saya menyapanya.


Nadanya bercerita sesuatu.


"Wow, really? That's really good."


Wajahnya berseri-seri.


"Leave the lady alone, Tina." Pengasuh yang lain menjemput Tina.


"Bye, Tina."


Dia menoleh dan tersenyum.


Dari ruang tivi terdengar tawa meledak berkali-kali.


"Look the way she walks....It's like she...."


Komentar yang cukup dewasa. Yang jelas, saya yakin, anak seusia 23 bulan belum memikirkan cara menarik perhatian lawan jenis.Ugh.


Berkali-kali tiga orang dewasa menertawakan Tina.


Thinking me as Tina, it will be very confusing, dishearthening, when you do things, and people laugh at you, a bit in not really nice way. And you just don't get it. What's so funny or odd about me?


One word only, bullying.


Tiga dewasa, bully seorang toddler? how cruel can you be?


Hari yang lain.


"You are very naughty Tina. Very naughty."


Jangan katakan you are naughty, tapi katakan, jika teriak-teriak seperti itu not nice. Some people want quiet time.


Satu anak lelaki jauuuh lebih aktif daripada Tina. Sapu tidak bisa ditaruh di lantai, karena dia akan memakainya, menyapu sampah ke tengah rumah. Pel tidak bisa ditaruh di bawah, karena dia akan mengepel juga, membasahi lantai yang sudah bersih. You just can't leave anything at all.


But, he can get away with it. You know why? Because he is a boy!


Satu kali, Husnan (nama bocah lelaki) entah bagaimana (kata satu anak kecil, Husnan memukul Tina) membuat mulut Tina berdarah hebat. Blood everywhere. Awalnya Tina loncat-loncat di atas trampoline. Husnan naik. Lalu saya meleng, tidak lihat. Tiba-tiba Tina menjerit keras.


Ada dua pengasuh di situ, padahal. Cuman dua-duanya membelakangi dua bocah, asyik melihat katalog belanja.


Yang satu buru-buru menggendong Tina. Quite terrified. Minta laporan kecelakaan diisi, meurut versi dia.


"I see it with my own eyes. I was there, you know. She bit her tongue." Satu cara worker mengisi buku laporan kecelakaan.


Darah terus mengalir. Ibu Tina panik, buru-buru mengambil anaknya.


"It only an accident. She hurt herself. You know, children."


Saya terpana.


"Ridhwan, what did you see?" saya bertanya dengan pelan pada anak yang tadi melapor, namun tidak ada yang (mau) mendengar.


"Husnan push Tina."


Ibu Tina mendekat. "What?"


Ridhwan mengulang.


"No," pengasuh mencoba tertawa. "It's not what happen. I saw it. I was there. She just bit her tongue." 


you think you are safe....you think you give the best to your children....But it's not the case...


You just never know....even a sister...


Dada saya perih...


 


 


 


 


 

20 komentar:

Ummu Ihda mengatakan...

kenapa tdk diingatkan sister tsb, Mbak. Kasihan sekali mereka...

yuni hanafi mengatakan...

aduuh hrs perlahan nerjemahinnya nih umi.......maklum inggrisku limit

Ari Peach mengatakan...

Uni Sayang, duluuuu... Ardian's baby sitter itu muslimah dari Middle East. Setiap kali dibawa ke tempat Sister ini, Ardian selalu melengking-lengking nggak mau turun dari mobil. Kalau saya jemput, biasanya saya temukan dia di dekat pintu keluar, senang sekali bisa pulang dan begitu lihat saya langsung peluk eraaat....
Kemudian saya bawa ke tempat sahabat saya, white non Muslim - yang juga pernah punya day care. Ardian is "fine" sampai sekarang - malahan kadang kalau pas dijemput masih betah nggak mau pulang. Jelas pilihan saya untuk baby sitter, adalah tempat dimana anak saya bisa feel happy. They are just small kids, but it doens't mean that we can ignore their dignity...

maimon herawati mengatakan...

at the moment, Imun just a small cleaner lady....baru sebulan lebih dikit. Belum bisa banyak bicara...
Maybe, nanti kalau sudah agak lama. Udah ngerti medan..
kasihan anak-anak itu.

maimon herawati mengatakan...

adduuuh, gimana ya? (garuk-garuk kepala)

maimon herawati mengatakan...

betul Mbak Ari sayang,
walau bayi sekalipun, we have to respect them...
Else, they don't learn to respect others...
Sedih, muslimah (yang harapannya)mestinya punya lebih dalam pengertian tentang cinta...

reni :) mengatakan...

hmmm...jadi sedih juga.kok bisa gitu ya?

Tian OT mengatakan...

menyerahkan anak pada pengasuh -yang kita belum kenal kualifikasinya- sangatlah beresiko, sister. di depan kita (ortu) pengasuh itu bisa bermanis-manis, saat kita nggak ada, who knows? benar wanita arab itu, yang ingin menitipkan anaknya sama etek, karena ukhuwah.

juminarsih - mengatakan...

Ihhh, sedih banget deh jadi anak-anak itu -specially Tina- Kasihan bgt yah??? Ayo donk Teh..."kasih sedikit pelajaran" ke para pengasuh itu. :D

maimon herawati mengatakan...

iya...
sejauh ini, Imun cuma bisa memberi perhatian sporadis pada anak-anak itu, sambil bekerja.

maimon herawati mengatakan...

Betul, Mak.
Imun liat sendiri, di depan para ibu, dua pengasuh sangat attentive. Giliran nggak ada siapa-siapa (cuman cleaner lady) sikap mereka berubah. Ya gitu, disuruh nonton bola lah, disuruh duduk saja, dihidupin video (nggak tau judulnya)...Apa saja yang bikin anak asuhnya diam, jadi dia nggak repot.
Ugh.
Padahal ada segala permainan yang konstruktif, seperti lego. Kalau mau, bisa duduk berjam-jema main lego (kayak Wafa cs), bikin telepon lah, bikin rumah untuk Umi, bikin pesawat jet, sampai cuman dijejerin panjang, jadi train.

maimon herawati mengatakan...

sadly, teteh belum bisa Jum.
Posisi cleaner ini masih lemah. (Bukan karena takut kehilangan kerjaan) Belum mengenal seluk beluk society di sini.

Dina Sulaeman mengatakan...

weleh... jadi ngeri nih..pdhl ada rencana mau cari baby sitter biar saya bisa kerja kembali...sayang dolarnya euy..tapi lebih sayang sama anak:))

Lia Barra mengatakan...

Ya Alloh...bener-bener ngurut dada, kasian mereka ya.

Mimin _nih mengatakan...

mungkin sister itu nggak suka sama anak2 kali ni... dan nggak mau direpotin sama anak-anak. Dia diminta karena dibayar atau diminta bantuan sebagai sister sih?

Umm... nggak akan ada baby sitter yang memperlakukan anak asuhnya seperti ibunya sendiri. Langka banget pengasuh yg "tahan" sama anak.

maimon herawati mengatakan...

ditimbang saja Dina, baik-buruknya. Kalau ada saudara yang udah dikenal dan dipercaya, nggak apa-apa. Atau, ajak saja salah satu saudara dari Padang yang bisa nolong :-)

maimon herawati mengatakan...

ditimbang saja Dina, baik-buruknya. Kalau ada saudara yang udah dikenal dan dipercaya, nggak apa-apa. Atau, ajak saja salah satu saudara dari Padang yang bisa nolong :-)

maimon herawati mengatakan...

bangeeet

maimon herawati mengatakan...

dua pengasuh dibayar centre. jadi dia bekerja profesional. Senang gak senang, bagian dari kerjaannya.
soal baby sitter,....jarang memang

Dina Sulaeman mengatakan...

iya Ni, masih pikir2...ada kesempatan dua bulan lagi (cutinya 4 bln) :)
tapi ngundang saudara dari Ina jelas gak mungkin (malah berat di ongkos, hehehe)
pilihannya cuma dua, ditaruh di penitipan anak yg disediakan kantor atau cari baby sitter disuruh nungguin rumah dan adek Reza