Sabtu, 02 Desember 2006

Evolusi Pandangan(ku) Poligami







Evolusi Pandangan(ku) Poligami


Ketika masih gadis ting ting, usai mentoring sama Mbak Tiwik, saya, Ela, dan lain-lain diskusi masalah poligami. Intinya, kami sepakat.


Maka kami lalu 'berbagi' tugas. Euis ahli masak, maka Euis kosentrasi ke sana. Saya akan banyak aktivitas di luar. Ela yang banyak menemani suami keliling. Masih ada satu 'tempat' kosong. Maka kami menawarkan 'suami' pada Umi -mahasiswi asal Malaysia.


"Aku mau jadi istri keempat, kalau dia sudah menceraikan kalian semua."


Ketawa lepas semua.


Ketika sudah mulai aktif, saya masih memegang konsep yang sama. dengan seorang sahabat malah saling menawarkan, nanti mau berbagi suami tidak.


Ketika sudah menikah dan boyongan ke UK, saya masih pro poligami dan menawarkan pada suami seorang sahabat yang masih sendiri.


"Kalau keuangan kita memungkinkan, maukah Abi mengambil sahabat Umi? menolong dia?"


JAwaban suami nggak tegas. "Gaji dosen barapa sih Umi? Pandangan masyarakat bagaimana?"


Lalu poligami hilang dari diskusi. Karena sahabat itu sudah disunting seorang pria yang beruntung. Juga karena kami masih di UK. Jauh dari hiruk-pikuk aktivitas.


Sampai setahun lalu, angin poligami berhembus sampai ke Britain Raya. Saya masih cool dan 'why not' gitu loh.


Namun, beberapa cerita, sungguh, hm, kayaknya harus dikaji ulang nih posisi pendapat saya.


Jika istri pertama dan keluarganya sampai menteror calon istri kedua, jika istri pertama stress dan menutup diri, jika istri pertama malah meminta berpisah, jika anak-anak tersiksa....jika secara ekonomi malah dua-duanya istri menopang bahtera rumah tangga, sedang suami tenang-tenang saja;


bagaimana mungkin seorang kekasih, belahan jiwa, kepala rumah tangga meneruskan niatnya? membangun rumah kedua dengan menghancurkan rumah pertama?


Mengasihi yang kedua, namun menyakiti yang pertama? Tak punya kemampuan ekonomi bahkan untuk mencukupi yang pertama?


Aduhai...


Lalu di mana baiknya?


Apakah saya rela berbagi suami?


Kata suami, "Umilah yang pertama dan terakhir."


Saya tidak tahu jalan hidup ke depan. Namun harapannya, semoga kami bersatu kembali di surga.


 


 


 


 


32 komentar:

Diana Rochayani mengatakan...

aamiin, ya Rabb..
semoga kita dipersatukan kembali dengan suami kita di surga-Nya kelak..

Mbak, mo skalian tanya boleh? *hehehe..*
aku pernah denger, katanya kalo salah satu pasangan meninggal duluan, trus pasangan yang masih hidup menikah lagi, maka nanti gak akan bisa ketemu dengan pasangan yang meninggal di surga nanti..
ketemunya ama pasangan yang terakhir... *bingung*

maimon herawati mengatakan...

Hm, imun nggak tahu juga Mbak.
Nanya siapa ya?

mispa maria mengatakan...

Alhamdulillah, akhirnya ada jg yg posting begini. Makasih ya maimon.:))
Sebagai org yg pernah menjalani hidup poligami, sy bingung utk menanggapi para wanita yg belum mengalaminya tp sudah membuat pernyataan, kesimpulan, sepakat atau apalah namanya ttg poligami ini.
5 thn menjalani dgn sabar sungguh tdk mudah, doa sy wkt itu: Ya Allah, jk memang ada kebaikan bg sy menerima ini, tunjukkan kebaikan itu, jk tidak tunjukkan keburukannya. Kejadian2 buruk kemudian dtg ber-tubi2 sy trus bertahan, tp mgkn scr bawah sadar tdk sekuat perkiraan, sy ambruk jatuh sakit 1 th. Alhamdullilah pelan2 skrg sdh jauh lebih baik, bnyk berpasrah pdNYA.
Ingat doa sblmnya, sy ambil kesimpulan mgkn mnrt Allah bukan dia yg terbaik buat sy, sy putuskan utk berpisah. Alhamdulillah semuanya dimudahkan. Skrg sy lebih HIDUP.
Jika kt kehilangan sesuatu, ikhlaskan, mk YG MAHA MEMBERI akan menggantinya dg yg lebih baik lagi. Itu doa & harapan sy skrg.

maimon herawati mengatakan...

Mbak, ikut sedih.
Ya Allah, gantilah dengan yang lebih baik buat Mbakku, balaslah kesabaran dan keikhlasannya. Amiin.

mispa maria mengatakan...

Amin amin ya Rabbal aalamin.

ummi nida aufal mengatakan...

*hening*

yuni hanafi mengatakan...

MBA imun mirip saya>>>ketika masih jd aktifis saya bersajabat dg dua akhwat dan kami saling bercanda dan kadang serius mau jadi istri satu orang dan sampai ketika menjalani bulan madu saya juga sempat menawarkan hal yang sama.namun perjalan hidup ketika saya mengalami perjalanan yg berat ketika hrs bertahan dan kuat ketika hrs mengasuh 3 balita kecil dan hrs tabah ketika sakit krn hrs tetep dikuat2kan ngasuh anak anak ditambah kebanyakan diskusi disini bhw poligami itu sunah yg enak,suami boleh poli tanpa istri pertama tahu,dan klo istri minta cerai dia dosa dan lain2.tiba tiba saya lgs down dan agak mundur ttgpandangan poligami itu.gimana bisa sunah diterima jika nantinya suami sedang asyik2 dg sunahnya yg enak sementara istri pertama sedang bertarung dg sakit dan hrs kuat mengasuh anak3nya.yang ada mungkin suami datang istri pertama sudah tak bernaywa karena sakit gak ada yg nolong dan tetap kecapen dg anak3.....

maimon herawati mengatakan...

Duuuh, Mbak yuni, yang tabah ya...
Masih sering sakit kah, Mbak?
Insya Allah suami, sebagai yang paling dekat dengan jiwa kita akan sangat memahami ya Mbak bagaimana kondisi jiwa kita.
Imun percaya dengan kekuatan cinta. Cinta yang segitiga. kita satu sama lain, dan kita berdua pada Allah.
Mendengar berita terakhir di Indonesia, Imun memang jeri, Mbak Yuni.
Namun, entahlah, jika sudah pulang ke Indonesia nanti, hm, nggak tahu juga. Ada saudara terkasih yang masih sendiri....
*bingung*
Imun protes dengan beberapa kasus yang terjadi, di mana yang ada poligami melukai ummahat. Kabarnya sih, sudah ada ustadz yang mengeluarkan pendapat, bahwa jika ada ikhwan yang mau menikah lagi, dibolehkan jika ada keikhlasan dari istri pertama. Pendapat ini, katanya, untuk melindungi ummahat, namun tidak mengikat juga karena secara hukum memang tak perlu ijin dari istri pertama.
Kalau kayak gitu, suami lenggang kangkung ke rumah istri kedua, istri pertama kalang kabut dst, itu sih ta'awun nggak jalan deeeh.
PAdahal, sebagaimananya pun kita innamal mu'minuna ikhwah, lha, istri kan saudara terdekat suami, di mana hak tafahum, ta'awun dan takafulnya dilaksanakan pertama kali.
Suami yang kayak gini perlu digetok, Mbak.
Ya nggak?

Dini Kuswidiani mengatakan...

hiks....

yuni hanafi mengatakan...

kalo kata mahasiswa mesir yang mungkin lebih ahli...nanti disurga kita boleh milih mau dengan pasangan yg mana.......itu kalo sama sama masuk surga loh ya mba.kalo yang satu masuk neraka yg lain disurga yah berarti tgt amal sholih kita klo kita gak baik yah mungkin ngikut yg dineraka.kalo kitanya baik yah ngikut yang kesurga......wallohu'alam.

maimon herawati mengatakan...

Teh Dini: Kenapa, Teh?

Mbak Yuni: O, gitu ya. Hm, yah, berjuang masuk surga dulu aja deh :-)) Ntar, kalo udah di surga, kita bisa minta apa saja sama Allah. Kalo suami kita ditakdirkan Allah beristri dua, lalu tiga-tiganya masuk surga, lalu suami milih istri yang satunya lagi, tinggal minta sama ALlah, supaya digantikan dengan (kalau mau) cloningan suami tapi lebih segala-galanya, he he he.

yuni hanafi mengatakan...

wah kalo semua masuk surga dgn konidisi suaminya polgami kayaknya mah ketemu semua teh...kan disurga gak ada cemburu dan sakit hati,bahkan gak cuma tiga tapi ditambah 72 bidadari....hehe

kalo yg dulu saya tanyakan ketika seorang janda nikah lagi yg jadi pasangan yang mana diakhirat.

maimon herawati mengatakan...

Pas nanya sama suami: bidadari di surga itu apa sih Bi?
Kata suami Imun: Bidadari Abi ya Umi

Kalau wanita, ntar dapetnya bidadara.
Imun cenderung nggak mau puyeng kalau yang ginia,n Mbak. Insya Allah, apapun itu, surga melebihi keinginan kita. Semua baik, semua ada.
Kata-kata pelukisnya sekedar supaya sampai pada 'indera' manusia saja. Realnya, subhanallah, melebihi batas keinginan kita. Sehingga tak perlu ada 'ingin' lagi.

Dini Kuswidiani mengatakan...

ni imun....ngga apa2kok ni...cuma sedih aja....liat tayangan tv td, ngeliat teh ninih,...jdnya speechless...

Tidak Aktif mengatakan...

amiennnnnnnnnnnn.....

lita myrosa mengatakan...

cerita Imun spt yg saya alami juga nih, maklum lah waktu jadi ABG (baca: akhwat baru ghirah) segala yg didapat di halaqoh pengen langsung diaplikasikan. Tapi suatu malam saya bermimpi suami menikah lagi, hehehe ternyata saya nangis bombai spt di film india itu, terbangun dr mimpi, saya peluk suami erat-erat, dan keesokan paginya saya cerita pdnya, dia ketawa ngakak deh, huehehe emang enak yah bund kalo cuman ngomong doank!

maimon herawati mengatakan...

Teh Dini: Mari tolong doa ya, supaya Teh Ninih kuat.

Mbak Tuni: Berada di mana posisi pendapatnya Mbak? ;-)
Mbak Lita: He he he, sammma. Giliran suami (pas baru nikah) cerita kalau ada mahasiswi beliau pake pin PK (1999 deh), waaa, ubun langsung berasap. 'Abi, kok ngeliat pin akhwat?'

(Beliau agak sensitif sama lambang dua sabit padi dan ka'bah...ada motor, jauuuh lo, bisa ketahuan kalo tertempel pin yang sama)

lita myrosa mengatakan...

hahaha! pinnya ukh yg diliat bukan akhwatnya!
tapi yaaa itulah khas wanita, sensi banget yah, subhanallah

maimon herawati mengatakan...

hi hi hi, iyaaa.
Makanya, kali, nggak usah dulu nawarin Pak Andri, he he he.

Tunggu, liat situasi kondisi lah.
Beliau sih mungkin mikirnya gini: Satu istri saja repot (istrinya bandel, cerewet, keras kepala dsb).

Elda Tou mengatakan...

hmmmm

bety navitasari mengatakan...

Iya...getoknya pakai apa ya..enaknya..?? hehehe..
Wuah..bahasan poligami jadi heboh dimana2 ya...di gerbong/milis PeLN/Pengajian L'cestershire and N'hamshire..sampai keluar pernyataan yang cukup dahsyat...kalau tidak setuju 'poliandri' jangan berani-berani ber 'poligami', ini kalau akhwat2 sudah 'marah'....luar biasa juga pernyataannya :))

maimon herawati mengatakan...

syeeeyeeem....
(Pandangan proporsionalnya kan kita menerima ayat yang membolehkan poligami....kalau melaksanakan, mari lihat dulu keadaannya.....
'Kalau Abi mau nikah sama gadis yang lebih muda dari Umi, karena Abi suka....oke deh, nggak apa-apa. Umi rela. Silahkan Abi menikah, tapi jangan masuk kembali ke rumah ini.......'

Kalau ada sahabat muslimah, suaminya meninggal, anaknya 7, NOTE: PAk Andri harus kaya dulu, dan Imun cocok dengan janda ini, insya Allah, menerima.

maimon herawati mengatakan...

hayooo yaaa, apa maknanya?

Lia Barra mengatakan...

gak ikutan mbahas topiknya ah:D,pengen berkangen2an ajah, lama tak silaturahmi kesini seneng baca kabarnya pun tentang anak2. Juga, terima kasih untuk do'anya ya Teh...(doa yang dititipkan di Yuyu hehe) untuk si yang Ke-3 tea...nuhun pisan!

Yuyu Mulia mengatakan...

Ketika sudah menikah dan boyongan ke UK, saya masih pro poligami dan menawarkan pada suami seorang sahabat yang masih sendiri. "Kalau keuangan kita memungkinkan, maukah Abi mengambil sahabat Umi? menolong dia?"

Teh Imun... rasa-rasanya, aku nggak akan pernah bisa mengeluarkan kata2 seperti ini. Ngebayanginnya aja udah sedih minta ampun, apalagi harus ngalamin... T_T Yang ada, saat berita tentang si aa' aku tonton bareng ama suami, langsung aja wanti-wanti.. "Yah, inget ya.. si AA ustad.. ayah kan cuma pegawai swasta doang..." yang dibales dengan kalimat "Nggak nyambung, Bu" sambil senyum2 aja, jadi bikin tambah sebel.. ^o^

lita myrosa mengatakan...

hahaha, duhh ana geli banget nih baca komen yg ini...
emang di kalangan akhwat sekalipun poligami ternyata masih belum bisa diamalkan dgn baik yah... ada juga ustadzah yg bilang gini saat suaminya ngajak discuss soal poligami: "abi, boleh poligami tapi langkahi dulu mayat umi"

d'Amyja Songyanan mengatakan...

klo masih lajang mah masih idealis kali ya Ni....ajeng aja sekarang masih dengan gagah bilang"saya setuju poligami, tapi harus jadiistri pertama karena balasannya surga jika ikhlas"
pada kenyataannya nanti? wallahu'alam...

prajuritkecil tak bernama mengatakan...

tadi abis acara pekanan, ngebahasnya ginian juga. teh, aku juga dulu mikirnya gitu teh. miriiip banget. pas udah nikah hehehehe... ntar dulu kaliii. tapi kadang terlintas di kepala tuh ya, hati ini kan bukan punya kita. Allah bisa dengan seenaknya aja membolak-balikkan hati kita. bisa jadi aja, kalo semua syarat dan kelayakan suami untuk poligami terpenuhi, tau-tau Allah pun ikhlaskan kita berbagi si sahabat sejati itu dengan saudari kita yang lain. Makanya kadang kalo ira ditanya soal poligami, ya... Allahu a'lam deh. Secara DSP udah keluarin bayanat tentang etika-nya, yang mengatur soal poligami juga. Semoga bisa seperti yang Ustazah Yoyoh bilang, saya ikhlas berbagi....

saiful akmal mengatakan...

asw. uni imon, apa pendapat uni ttg sinetron berbagi suami karya sutradara nia dinata?
sila kunjung ke saiful82akmal.multiply.com (dilema poligami)

ira yanti mengatakan...

Imun..Imun... Btw, kalau itu, monogami itu fitrah nggak, seeeh...????. He..he...
(Btw lagi, temanku ada juga yang ngaku rela, tuh... relaaaa banget suaminya getting married again. terserah suaminya lagi, bukan dia yang nyeleksi akhwat 2 yang akan jadi teman sekaligus 'saingan'. Ternyata dibalik itu semua, ada pilihan hidup yang dia ambil. Dia memang udah gak sreg sama suaminya (agak bawel, rese, dlsb). trus, dia lagi senang-senangnya beraktualisasi diri, dapat promosi dengan gaji besar yang mengharuskan tugas ke luar negeri sekali pun. So, dengan senang hati dia menawarkan suaminya punya istri kedua buat ngurus suami dan anak-anaknya. Malah dia berdoa agar istri kedua tersebut sholihah hingga bisa sayang pada anak 2 nya (jadi ibu tiri yang baiiiik, gitu). Besides, status janda dirasa agak berat buat dia. kan enak posisi dia sekarang. Bisa berkarier tanpa ada hambatan (dari keluarga) berarti, anak dan suami ada yang ngurus, status juga jelas (Nikah dan istri seseorang). Kalo, begini, gimana Mun?. Aku rasa, dia gak bohong deh, waktu dia bilang dia ridho banget pas suaminya poligami.

maimon herawati mengatakan...

Lia: Kangeeeen....Udah ilang morning sickness belum? Kalau Teteh mesti ngandelin obat dari dokter. Semoga secepatnya bisa weaning from it.
Yuyu: Itu artinya cinta bangeeeet Yu :-)) Bersyukurlah beliau dicintai istri demikiannya.
Mbak Lita: Barangkali karena ketakutan akan 'ditinggalkan' setelah ada yang baru :-))
Ayyesha: Nggak apa...Dik, nanti kalau sdh nikah, bisa mengira lagi isi hatimu. Siap atau enggak :-D
Ira: Wellsaid, Ra. Hati punya Allah.
Saiful: Nggak tau sinetronnya :-)) So, no comment deh.

maimon herawati mengatakan...

Ira: Why not, Ra? Dengan demikian anak tak harus mengalami broken home kan? Dia bisa memilih berpisah (dengan kemungkinan mencari kebahagiaan bersama yang lain), namun dia memilih bersama sehingga anaknya tak harus menghadapai perpisahan ortunya. Istilah kata, win-win solution, kali ya?