Minggu, 22 November 2015

Konflik Siria dan Tarik Menarik Kepentingan

Ini wawancara saya dengan Majalah Haramain tentang Siria beberapa bulan lalu.

P: Sebagai seorang yang concern terhadap situasi dan kondisi timur tengah, melihat perkembangan kawasan itu terkini, khususnya konflik Suriah yang tak kunjung selesai, apa sesungguhnya yang tengah terjadi menurut Teh Imun?

J : Masalah Suriah ini memang rumit karena yang berkonflik tidak dua tiga pihak. Ada Bashar Assad didukung Iran, Rusia, China, dan negara sepahamnya. Di seberang Assad, begitu banyak kelompok yang tidak pula bersatu. Ada Front Pembebasan Suriah, ada Alqaeda. Agak ke sebelah sini ada kelompok Kurdistan. Tidak ketinggalan ada ISIL. Front Pembebasan Suriah saja terdiri dari banyak faksi. Lebih dari tiga puluh grup, didukung oleh grup bersenjata afiliasi masing-masing. Masing-masing punya komando dan jaringan luar negeri sendiri.

Membaca konflik Palestina-Israel jauh lebih mudah dan jelas. Membaca Yaman juga tidak sulit. Tapi Suriah, kita harus hati-hati. Selain permainan proxy war Amerika sekutu melawan Rusia sekutu, pertentangan ideology juga menambah rumit kondisi. Plus media dengan kepentingannya masing-masing yang menambah kabur kebenaran di lapangannya.

Saya terus terang mengandalkan informasi dari jaringan teman asal Damaskus yang saya percayai. Iya, dia hanya menyampaikan apa yang dia lihat, tapi minimal informasi ini langsung dari lapangan. Karena dia warga Suriah, karena keluarganya masih di Damaskus, maka saya meminjam analisa dan perasaannya.

Bashar Assad kejam dan berasal dari kelompok Syiah Alawiy minoritas. Bashar membunuh warganya menggunakan zat kimia pembunuh massal. Warga yang kaya sudah lama mengungungsi. Yang sekarang mengungsi besar kemungkinan yang secara keuangan tidak sebagus yang sudah lebih dulu mengungsi ke Mesir dan negara tetangga lainnya.

Atas nama kerakusan akan kekuasaan, Bashar Assad memilih menghancurkan negara dan membunuh warganya, asal rejimnya tetap berkuasa. Hancur hancur deh. Toh kandungan minyak masih banyak dan akan bisa membangun yang hancur sekarang. Asal daerah kaya minyak masih dikuasai.
Lalu, juga ada kelompok di seberang Bashar yang sama kejamnya. Ah, kasihan deh penduduk Suriah.

P: Dalam konflik Suriah, begitu banyak pihak yang terlibat; pemerintah Bashar al-Assad, oposisi Suriah, ISIS, Rusia, China, Amerika, Iran, Saudi dan sebagainya. Bagaimana Anda memandang pihak-pihak ini?

J: Follow the oil trail. Kuncinya itu. Ikuti jalur minyak (dan uang). Walau, tentu saja, di beberapa lokasi, ideologi juga berpengaruh, misal dukungan hampir pasti Iran pada Bashar Assad.

P: Selain sudah menelan ribuan korban, konflik ini juga membuat ribuan penduduk Suriah mengungsi ke berbagai negara mencari suaka. Bagaimana peran negara-negara muslim Arab terhadap pengungsi ini menurut Anda?

J: Arab Saudi dan Turki termasuk yang paling baik menyiapkan penampungan hanya saja kurang terekspos. Kenapa? Tahu sendiri lah ya, aliran informasi media mainstream dikuasai siapa. Jika mau mencari informasi dari jalur tidak konvensional sih bisa. Saya juga sering komunikasi langsung dengan aktivis di lapangan hingga mendapat info langsung dari mereka. Informasi ini sering tidak dimuat media mainstream.

P: Beberapa negara Eropa, termasuk juga Australia, mengulurkan tangan membuka pintu gerbangnya bagi para pengungsi tersebut. Bagamana Anda memandang uluran tangan ini?

J: Sisi kemanusiaan pasti paling banyak berperan. Bedakan deh antara administrasi pemerintahan dengan warga, aktivis, dan LSM negara itu. Kalau sudah menyangkut pengungsi, biasanya LSM, aktivis, dan warga biasa lebih banyak berperan. Mulai dari menekan pemerintah mereka hingga membuka perbatasan, sampai menyiapkan penampungan. Beberapa negara, warganya bahkan membuat program menerima pengungsi tinggal bersama mereka di rumah mereka.

Lalu, di antara negara itu, misalnya Jerman, mereka memang mengalami penurunan demografi. Minus population growth. Bahasa lainnya, populasi penduduk mereka berkurang, tidak bertambah. Lima belas tahun lagi, tenaga kerja di Jerman menurun drastis. Jumlah penduduk tanggungan sama dengan jumlah yang menanggung. Artinya, akan banyak profesi yang tidak cukup pekerja. Beberapa kota bahkan mulai memikirkan untuk ‘menutup’ kotanya. Belum lagi secara ekonomi, Jerman akan bangkrut karena beban anggaran pensiunan tidak tertutupi. Kedatangan pengungsi Suriah yang cenderung berpendidikan tinggi dengan latar belakang profesi beragam tentu saja suntikan segar bagi Jerman.

P: Banyak berita di media massa/sosial yang menyebutkan bahwa tidak sedikit dari para pengungsi (Muslim) ini yang murtad demi mendapatkan suaka. Bagaimana pandangan Anda terhadap berita ini?

J: Tidak sedikit, berapa angka persisnya?
Saya ragu dengan ‘tidak sedikit’ ini karena di Eropa ada ‘Anti-Discrimination Law’. UU itu sangat detil memberikan kebebasan beragama. Terlepas dari larangan bercadar di Perancis, kebebasan memilih agama di Eropa bagus. Lagipula banyak komunitas Muslim di Eropa. Jika ada yang murtad, saya rasa mungkin sebelumnya memang termasuk yang Islam katepe. Mungkin.

P: Bagaimana peran organisasi Islam, seperti Organisasi Konferensi Islam (OKI), Rabitah al-‘Alam al-Islami terhadap konflik Suriah dan pengungsinya?

J: Saya tidak mengikuti peran mereka.

P: Apa yang seharusnya dilakukan negara-negara OKI dalam menyelesaikan konflik Suriah khususnya, dan Timteng umumnya?

J: OKI punya taring tidak pada anggotanya secara politik? Jika tidak, sulit mengharapkan peran mereka.

P: Bagaimana posisi dan peran Indonesia terhadap konflik Timteng, khususnya terhadap para pengungsi?

J: Indonesia ini negara terbesar berpenduduk Muslim. Tentu saja perannya adalah peran yang terbesar, jika ingin mengambil peran. Peran mediasi politik, peran bantuan kemanusiaan, sampai peran penyatuan faksi-faksi bertikai dengan pendekatan keagamaan. Tapi, ada goodwill tidak dari pemerintah berkuasa?

P: Di tengah konflik Suriah, kini Israel dan Palestina juga terlibat konflik lagi. Apa yang sebenarnya terjadi menurut Anda?

J: Konflik Palestina-Israel bukan konflik lima enam tahun ini seperti Suriah. Konflik Palestina-Israel tidak akan selesai sampai tanah Palestina terbebas dari jajahan Israel.

P: Menanggapi konflik Timteng, khususnya di Suriah yang menjadi bagian kawasan Syams yang dimaksud Nabi SAW, apakah ini bagian dari tanda-tanda akhir zaman itu telah tiba?

J: Kalau dikaji hadist-hadist tentang akhir zaman, iya. Di sana nanti akan terjadi perang terakhir. Saya seram jika sudah membacanya. Tinggal menyiapkan diri sebaik-baiknya menunggu waktu itu tiba.
 
P: Sebagai seorang muslim, apa sikap terbaik kita di Indonesia terhadap konflik yang melanda saudara-saudara kita di Timteng?

J: Mendoakan itu paling sedikit yang bisa kita lakukan. Lalu menolong dengan apa yang bisa. Dengan tulisan seperti sekarang untuk menyebarkan informasi. Dengan mengirimkan uang.
Jangan pernah memalingkan muka darinya, seakan-akan tidak tahu. Tidak peduli. Innamal mukminuna ikhwah. Mukmin itu bersaudara. Jika satu bagian luka, yang lain akan sakit.

BIODATA (mungkin bisa direvisi dan ditambah yang mendukung reportase ini)
Maimon Herawati, lahir di Palangki, 19 Mei 1974. Menempuh pendidikan S1 di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran (FIKOM Unpad) Bandung, Teh Imun –demikian panggilan akrabnya—lalu menempuh studi S2 Islamic Jerusalem Studies di Abertay University of Literature, UK, Inggris. Beliau hingga kini mengajar di almamaternya, FIKOM Unpad, sembari menyelesaikan S3 Media and Cultural Studies di Newcastle University, UK, Inggris. Teh Imun kini tinggal di Bandung bersama suaminya, Juliandri, dan dikaruniai 4 orang putra-putri.

(Bayi korban gas kimia pembunuh massal di Ghouta, Siria: AP)




Tidak ada komentar: