Selasa, 10 Januari 2017

Cerdas Membaca, Deteksi Berita Dusta terkait Suriah dan Bachtiar Nasir

Sudah beberapa hari berseliweran berita tentang ketua GNPF, Bachtiar Nasir, di laman media sosial saya. Intinya tuduhan bahwa sumbangan yang dikelola lembaga yang diketuai Bachtiar Nasir, Indonesian Humanitarian Relief (IHR) diberikan pada kelompok teroris di Suriah.  Bukti tuduhan ini adalah video yang diklaim berasal dari wilayah bagian Aleppo yang baru saja diambil alih rejim Bashar Assad.

Saya awalnya tidak serius mengamati karena nama yang disebut sebagai lembaga partner IHR dalam berita itu adalah IHH, Insan Hak ve Hurriyetleri Insani Yardim Vakfi, Turki. Saya kenal dengan pengelola lembaga ini dan mengikuti kerja-kerja sosial mereka termasuk yang di tanah air, seperti Aceh saat tsunami dulu. Sedemikian panjang keterlibatan IHH dalam kerja kemanusiaan Indonesia sehingga saya tidak merasa perlu mencari bukti tuduhan itu palsu.

Ke sininya, bola ini seperti salju yang membesar dan mulai masuk ranah hukum. CNN Indonesia menurunkan tiga berita berturut-turut pada Senin, Selasa, dan Rabu (26-28 Desember). Pada berita Rabu berjudul Polisi Pelajari Konten Video Bantuan IHR ke Suriah, CNN Indonesia mengembangkan berita mereka dengan melibatkan Polri.

Oh, serius ini.

Sejak itu saya berusaha mencari jejak video itu ada di mana. Pengembangan berita CNN melulu mengambil dari postingan akun Facebook Moch Zain, tanpa melampirkan hyperlink, sumber informasi dalam badan berita mereka. Begitu juga media-media online lainnya. Tidak ada yang melampirkan tautan pada video yang dimaksud.

Dalam jurnalistik kurasi  dan agregasi, jika media menyiarkan berita terkait konten yang ada di internet, media harus melampirkan tautan pada konten terkait. Ini etika bermedia daring (Lihat  Etika Jurnalistik Agregasi Mindy Mcadams).

Saya sudah mendapatkan video itu dari sumber lain, tapi saya perlu mengetahui sumber video itu dari berita yang membahas Bachtiar Nasir sehingga benar-benar terjamin bahwa kami mendiskusikan video yang sama.

Saya baru mendapatkan tautan video itu dari Arrahmahnews (bukan Arrahmah) yang mengantarkan saya kepada channel Youtube Euronews. Langkah berikutnya adalah mencari informasi tentang media ini.

Dalam website ataupun dalam media kit, Euronews tidak mencantumkan struktur redaksi medianya. Ini tentu saja mengusik. Media akan dianggap terpercaya dan prestisius jika mereka memperlihatkan ‘mesin’ yang bekerja memproduksi konten media.

Ini sangat terkait dengan gatekeeping dalam media. Gatekeeping adalah proses seleksi, evaluasi, dan verifikasi di dalam media. Salah satu proses terpenting dalam gatekeeping ialah fact checking, verifikasi fakta oleh media. Benarkah? Atau fiktif.

Sebagai pengajar junalistik, hal yang sejak awal kami tekankan pada mahasiswa adalah pastikan sumbermu menyampaikan sesuatu yang benar. Film yang sering dipertontonkan adalah ‘Shattered  Glass’, kisah nyata wartawan The New Republic, Amerika, Stephen Glass yang menulis berita fiktif. Tindakan Stephen terbongkar dan dia dipecat dari medianya.

Yang berperan dalam verifikasi fakta ini manusia pekerja medianya.  Dengan mengetahui siapa yang ada di balik media tertentu, biasanya dengan melihat jejak wartawan itu di media sosial mereka, maka akan mudah dideteksi arah pemberitaan media. Dengan demikian, bisa juga dideteksi pembingkaian media terhadap fakta.

Dari penelusuran selanjutnya, terkuak nama wartawan yang menulis berita ini adalah Alasdair Sandford. Dari rekam jejaknya di media sosialnya, nampak Alasdair tidak berada di Suriah sekitar waktu video itu diunggah Euronews. Lokasi Alasdair adalah Paris.

Jika diteliti dengan seksama narasi video ini, Alasdair tidak menjelaskan sumber video ini. Juga tidak dijelaskan hubungan Euronews dengan perekam video.  Ini menyulitkan verifikasi keabsahan video ini.

Jejak internet menunjukkan video yang sama sudah ditampilkan website alshahidwitnes sehari sebelumnya. Alshahid berlokasi di Inggris. Dalam websitenya, lembaga ini tidak mencamtumkan stafnya. Adalagi media lain yang mengeluarkan video yang sama, NRT, media Kurdistan yang berlokasi di Irak. Sama dengan dua website sebelumnya, tidak ada penjelasan video direkam oleh siapa, didapatkan melalui jalur apa.

Mari diperiksa isi video ini. Hampir di penghujung video ada dua tiga detik scene menunjukkan kotak di atas mobil bak terbuka. Ada tangan dekat kotak itu. Tidak nampak lingkungan sekitar mobil sehingga tidak bisa dideteksi lokasi mobil ada di mana. Di kotak itu ada nama lembaga IHR. Yang membuat ragu, kotak itu bagian kiri, kanan, dan atasnya kotor dan lusuh, akan tetapi bagian nama IHR nampak bersih dan putih. Mungkinkah kotak itu baru diberi label?

Hal yang lain yang menimbulkan pertanyaan adalah tanggal sebar video. Tanggal terawal video ini disebar adalah 13 Desember. Dikata narator, video ini berlokasi  di daerah penguasaan mujahidin yang kemudian diambil alih rejim Bashar. Aleppo Timur sendiri baru ‘kosong’ dari Mujahidin pada 22 Desember. Sampai 22 Desember Aleppo Timur masih diisi mujahidin. Jadi, daerah manakah yang dimaksud video ini?

Logika lain adalah wacana dan penguasa. Siapapun yang berkuasa akan bisa  menentukan wacana yang disampaikan pada umum. Wartawan yang bisa meliput di wilayah rejim Bashar adalah yang mendapatkan ijin meliput dari Bashar. Seperti penuturan Eva Bartlett, blogger Rusian Today, bahwa dia meliput Aleppo dengan ijin Bashar dan sebagian perjalanannya menggunakan bus yang disediakan Bashar.

Maka, pertanyaan yang terakhir adalah adakah jaminan bahwa narasi video- dan tentu saja kemudian videonya- bukan settingan Bashar? Ini jika benar bahwa daerah itu sudah ‘kosong’ dari mujahidin dan saat video dibuat ‘dibebaskan’ pasukan Bashar.

Menilik ke dalam negeri, para penyuka teori konspirasi akan bertanya apa tujuan sasaran tembak IHR dan sambungannya adalah Bachtiar Nasir? Siapa yang saat ini sedang head to head  dengan GNPF? Apa keuntungan pihak tertentu jika Bachtiar Nasir bisa dijerat dengan UU no 9 2003 tentang Terorisme?

Bagi pembaca tentu saja, ada kewajiban memeriksa apa-apa yang didengar karena telinga mulut (dan jempol yang membagi tautan berita) satu ketika akan ditanya. Cerdas membaca hingga bisa menghindari diri dari berita dusta. Rasanya tidak terlalu susah, bukan?

Tidak ada komentar: