Selasa, 10 Januari 2017

Membaca Suriah dari Background Dina Sulaeman

Karena masih banyak yang bertanya, saya masukkan ke blog saja ya.
Saya ulang ya. Saya dan Dina sama-sama mahasiswa Unpad. Saya angkatan 92, dia 93. Saya di Jurnalistik. Dia di Sastra Arab. Sama-sama orang Minang. Tak lama setelah lulus, Dina diberi beasiswa S2 jurusan Teologi oleh Pemerintah Iran, bersama suami bekerja di Radio Iran berbahasa Indonesia selama lima tahun kurang lebih, dan rutin mengikuti Doa Kumail tiap malam Jumat.

(Saya tak lama lulus menemani suami S3 di Inggris dan dapat beasiswa S2 dari lembaga independen di Inggris mengkaji Islamic Jerusalem Studies di Skotlandia. Guru saya salah satunya profesor asal Yerusalem. Saya sempat masuk shortlisted penerima beasiswa women studies -hanya berlima sponsored Ph.D dari sekian yang mendaftar- di Newcastle Univ. Sayangnya ada perbedaan persepsi antara pemberi grant dengan international office kampus tentang golongan student fee saya -domestik ataukah internasional-. Professor mengajak bertemu advocate yang akan diminta tolong untuk membantu mengubah golongan fee itu dari internasional ke domestik, sesuai jumlah uang beasiswa yang ada.  Sayanya keburu nggak konsen karena Umak didiagnosa kanker. Sudah induction day juga padahal....pertengahan 2003).

Silahkan dipahami ideologi yang bersangkutan dan pahami informasi yang diberikan kira-kira akan seperti apa. (-dan saya....jika masih ragu dengan saya....karena kampus saya yang sama dengan Jalaludin Rahmat membuat banyak juga yang kuatir saya syiah, heheh)
Suriah saat ini dikuasai oleh rejim Bashar Assad yang syiah alawiy, syiah paling sesat. Mereka menganggap Ali ra sebagai manifestasi Tuhan. Kekuasaan Bashar dimulai dari kudeta bapak Bashar, Hafez Assad.

Hafez membungkam warganya dengan tindakan represif seperti pembunuhan massal kota Hama yang sunni pada 1982. Puluhan ribu nyawa meninggal di sana. Warga Hama juga dihabisi kembali oleh Bashar pada 2012. Di dalam Suriah, pertentangannya adalah antara rejim represif syiah yang sosialis menghadapi kebangkitan umat sunni yang ingin mendapatkan kebebasan lebih.

Setelahnya, negara2 lain ikut 'bermain' di Suriah, itu dengan motif masing2. Ada yang motif pengamanan perusahaan minyak mereka, ada yang kesamaan ideologi, ada yang akidah.
Jangan lupakan ini sebelum menerima berita apapun darinya.

Saya lelah juga jika tiap saat ada inbox minta saya menganalisa informasi dari Dina. Jadi berasa 'Dina watch', hahaha. Padahal banyak tugas lain yang harus diselesaikan. :p
Mohon dilihat saja latar belakang Dina dan silahkan analisa sendiri ya.

Info beasiswa Dina, kerja di IRIB, dan doa Kumail ini dengan mudah diketahui oleh siapa saja teman Dina dulu di jaman Multiply. Dia jujur kok menjelaskan aktivitas hariannya via multiply dulu.
*
Informasi ini saya tulis supaya para pembaca memahami konteks dan latar belakang. Latar belakang seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap sesuatu.
Dalam memahami hadist saja ada Ar Rijal Al Hadist, perlu dipahami karakter dan muyul perawi hadist sehingga bisa dinilai sanad hadist itu bagaimana dan kemudian menentukan derajat hadist itu sebagai shohih, hasan, dha'if, atau mau'dhu sekalian. Ada salah satu yang pelupa dalam periwayat hadist, jalur itu ternoda. Begitu juga jika ada yang pernah berbohong.

Ini yang disebut juga dengan integritas pembawa berita. Dalam menerima berita media, kita perlu tahu media tersebut posisi berdirinya seperti apa. MetroTV dan TVOne, misalnya, dua media dengan titik berdiri yang berbeda. Itu juga alasan saya mengapa saat meneliti video bantuan IHR ke Aleppo itu, yang pertama saya cari adalah struktur redaksi Euronews, orang di belakang media. Karena mereka sebagai gatekeeping, yang menyeleksi dan memverifikasi fakta yang dikeluarkan media. Saya perlu tahu sehingga bisa memahami framing atau pembingkaian media, jika ada.

Contoh kelompok Hutsi Yaman yang syiah, minoritas dan didukung Iran, oleh syiah akan disebut sebagai pejuang; oleh sunni pastinya disebut pemberontak terhadap pemerintahan sunni yang mayoritas.

Lalu sunni mayoritas di Suriah, oleh syiah akan disebut sebagai teroris pemberotak, oleh sunni disebut pejuang mujahidin yang berusaha membebaskan bangsanya dari rejim represif Bashar yang syiah alawi. Semua tentang titik berdiri kan?

Nah, syiah, uniknya, mereka boleh taqiyyah, boleh menyembunyikan kesyiahannya jika belum kuat, atau jika akan merugikan. Maka saya serahkan pada teman-teman untuk menilai sendiri.

Saya juga punya framing, itu pasti. Titik berdiri saya adalah pada pembebasan Al Aqsha dan Palestina. Tokoh sumber inspirasi saya adalah Syaikh Ahmad Yasin, pendiri Hamas. Semoga teman-teman lebih paham sekarang bagaimana kaca mata saya.

Tidak ada komentar: